Sabtu, 07 Mei 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG.2)

LIBURAN 

"Haaaah... Akhirnya kita sampai juga ais" maya menghirup udara segar. 
Aisyah hanya mengangguk.
"Ais coba lihat indah kan, kita akan pergi ke gunung, air terjun, paralayang, waterpark, wahhhh banyak yg harus kita kunjungi ais" teriak kegirangan maya
Aisyah hanya terkekeh melihat tingkah temannya yg satu ini.
"baiklah may, tapi sekarang sebaiknya kita istirahat dulu ya may" sembari tersenyum kearah maya. 
Kemudian mereka menuju penginapan yg sudah mereka pesan sebelumnya, masuk kedalam kamar kemudian membereskan barang bawaan mereka. 
Mereka merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. 

Aisyah tenggelam dalam tidurnya, ia menikmati setiap sentuhan angin dikulitnya. Tak selang lama peluh bercucuran dikeningnya, detak jantungnya memompa lebih cepat.  
"Ccciiittthhhhhh......" suara gesekan antara roda mobil dan aspal menyatu sehingga memekakan telinga
Disusul suara benturan yg keras dan jeritan lantang yg membuatnya terperanjat. Ia bangun dengan nafas sesak tak beraturan. 
"mimpi itu lagi" gumamnya
Kemudian ia berbalik dan menghadap ke arah maya, tapi maya sudah tak ada lagi ditempatnya. 
Aisyah mencoba mencari disekeliling tapi tak menemukannya. 
Akhirnya aisyah mencoba untuk mencari diluar. 

Ia menemukan maya tengah duduk bersandar dibangku panjang taman milik penginapan ini yg arahnya langsung menghadap pegunungan.
"hay may, sedang apa kau disini" seru aisyah sembari menepuk halus pundak maya.
"ais, kau sudah bangun? Aku tak bisa tidur. Akhirnya aku keluar melihat-lihat penginapan ini" 
"lalu aku membaca cerpen disalah satu blog kesukaanku, ia mengirim cerita baru lagi" terang maya.
Aisyah hanya mengangguk, dan memandang lurus kearah gunung. Dan maya masih sibuk mengotak-atik handphone ditangannya.  

Pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat kesalah satu tempat wisata disana, menghabiskan waktu bersama, sekalian aisyah merenggangkan saraf otot dipipi dan mulutnya, sudah lama ia tak tertawa selebar ini. 
Kenangan masa lalu sedikit demi sedikit akan hilang dan menguap ditimbun kebahagian, tapi saat sepi terasa kesedihan itu akan datang kembali. 
Mereka sudah sampai dirumah makan, sudah terlalu asik mereka dengan kesenengan yg ada sampai lupa untuk mengganjal perut dengan makanan porsi besar. 
Maya memesan nasi pecel yg sedikit pedas dengan telur asin kesukannya, sedangkan aisyah memesan nasi campur dengan aneka lauk yg cukup mengenyangkan.
Mereka menikmati makan yg mereka pesan hingga selesai. 
Tak henti juga canda tawa mereka iringi dalam tiap suapan mereka. 

Malam semakin larut, tenaga sudah semakin berkurang, tapi perut sudah terisi penuh. Mereka beranjak untuk pulang kepenginapan, mulai membersihkan badan dan beristirahat.
Maya sudah menarik selimutnya sampai ke pangkal pinggang.
Tapi aisyah masih berkutat dengan pikirannya sendiri, bukan masa lalunya, bukan juga orang tuanya. Keputusan ini ia ambil dengan pemikiran yg matang. Hingga ia memutuskan untuk memberitahukan pada maya sekarang. 
"may, kau sudah tidur belum?" tanya aisyah sedikit mengguncang badan maya.
"aku sedang mencoba ais.." sahut maya
"aku ingin bicara" ada nada berhenti diantaranya, kemudian ia melanjutkan. "aku sudah putuskan sejak saat sebelum kita UNAS, aku sudah mendaftar kuliah disini, dimalang."
"ais apa kau becanda?, bukankah kita pernah bicara soal ini, kita akan pergi kuliah bersama bukan" tekan maya
"tidak may, aku lebih butuh udara segar seperti ini, aku juga harus keluar dari rumah itu, aku sudah memasukkan rumahku pada pelelangan. Aku janji aku akan baik-baik saja may. Percayalah." terang aisyah menyakinkan. 
"Apa kau yakin dengan semua ini? Kau belum bekerja sewaktu-waktu uang ditabunganmu akan habis. Dan aku tidak disana, bagaimana bisa kau sendirian?" keluh khawatir maya. 
Aisyah menjelaskan semua maksudnya untuk bermigrasi, untuk meninggalkan masa suramnya, sekarang ia ingin hidup seperti layaknya seorang gadis biasa, bukan gadis merana seorang diri. 
Akhirnya maya kalah dengan berbagai argumen, maya mengangguk denganPasrah. 
Aisyah tersenyum mencoba menyakinkan sahabatnya sekali lagi. 
Mereka pun tidur dalam mimpi yg tenang, karna keputusan besar telah dibuat.

****
AHMAD ZAIN MALIK

Aku adalah mahasiswa pada salah satu universitas, aku sudah memasuki semester 4. Aku sudah jelaskan bukan, bahwa aku tak memiliki seorang teman. Tapi ketika itu aku masih mahasiswa baru, aku pergi ke kedai minuman, aku pergi memesan dan mencari tempat duduk yg pas untukku menyelesaikan tugas pertama dari kampus. 
Aku memilih disebelah jendela yg mengarah pada kolam buatan kedai ini, terlihat asri aku suka itu. Didepanku terlihat seorang pegawai kantor yg ntah sedang membuat apa yg jelas terlihat ia membolak-balik kertas tebal  ditangannya dan sesekali melihat kearah laptopnya dan terus bergeming. 
Di sebelah kanan depanku, sepasang kekasih tengah berbicara, beberapa menit kemudian nada bicara sang wanita mulai naik tapi lelakinya tetap tenang, kemudian wanita itu berlalu meninggalkan kedai ini. Laki-laki itu adalah RENO awal bertemu kami disini, dia sedang bertengkar hebat dengan pacarnya karena tak membawa dompet, aku tertawa cekikikan setiap kali dia bercerita kembali kejadian ini. 
Dari awal aku membantunya, kini menjadi sebuah ikatan persahabatan yg melebihi saudara.  

Kamis, 05 Mei 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG.1)

HUJAN DAN KAMU



HUJAN (Aisyah)


Sore ini langit gelap tak menampakkan cahaya sedikit saja, hanya gumpalan awan hitam menumpuk dilangit-langit. Kini wajah muram itu tengah memperhatikan hujan dari balik jendelanya, kejadian itu masih mengingatkannya pada peristiwa silam yg merenggut kedua orang tuanya.
Turunan air mulai nampak sedikit demi sedikit menambah ritme derasnya hujan, wajah itu kian menampakkan kesenduan dalam hatinya.
Kemudian dia melangkah dan keluar dari jendela besar itu. Tepat didepan balcon kamarnya, kini gadis itu yg sering disapa "Ais" berdiri menunduk dibawah hujan, badannya sempoyongan kakinya gemetar tak kuat menopang tubuh kurusnya. Dia terjatuh, isak tangis mulai menderanya, meskipun suaranya terkalahkan hujan. Ia mendongak, merasakan titik-titik air hujan itu.
"ayah.. Ayah.. Kemarilah ayah, kita bermain hujan bersama-sama.. " dengan senyum cerianya gadis kecil itu memanggil ayahnya.
"kemarilah ais, nanti kau kedinginan dan sakit". Suara lembut seorang wanita dewasa yg duduk disebelah ayahnya menyahuti. Iya itu ibu, ibu yg tersenyum padanya.
Tak ayal ketika kenangan itu terbesit dalam ingatannya, ia semakin terpukul.
Ia suka melihat matahari terbit yg indah, melihat matahari tenggelam yg mempesona, ia suka menari dan tertawa dibawah hujan walaupun ia tak lagi anak-anak, itu terakhir yg ia ingat. Namun stlah kepergian orang tuanya semuanya terlihat gelap. Ia tak lagi menikmati hidupnya seperti dulu.
"Ais!..." seru seseorang
"Ais apa-apaan kau ini, kumohon masuklah ais, kau akan sakit jika terus berada disini" sembari membopong aisyah kedalam kamar.
Maya satu-satunya seorang teman yg ia miliki sampai saat ini, hanya maya. Maya seorang gadis yg sama sepertinya tapi maya lebih beruntung masih memiliki kedua orang tuanya.
Saat mereka sedang berbaring diatas tempat tidur, maya membuka pembicaraan.
"Ais sepertinya kita butuh liburan, kalau kita berlibur dimalang, bagaimana menurutmu? Kau setuju kan ais?"
"boleh may, aku butuh lebih banyak udara segar." jawabnya disertai anggukan.
"baiklah aku bereskan barang-barangmu didalam koper, nah sekarang kamu istirahat yah ais" lalu pergi beranjak
"mayaa..."
"iya ais.."
"jangan tinggalkan aku sendiri" memelankan suaranya hingga nampak seperti berbisik.
"tak akan ais, tak akan pernah. Selamat malam ais"
Sejak kecil mereka memang sudah bersahabat, kedua orang tua mereka pun sangat dekat. Tapi kecelakaan itu, merenggut kedua orang tua aisyah, dan hanya menyisahkan aisyah seorang. Dan itu membuat aisyah sangat terpukul dan smakin hancur.
"ayo bangun ais. Ayo bangun!!" suara melengking khas milik maya yg membuat aisyah langsung bangun dari tidurnya
"baiklah, baiklah aku sudah bangun. Tapi beri aku beberapa menit untuk tidur kembali"
"Aissss... Kau ini ya" kalimatnya terpotong dengan cara dia menarik kedua tangan aisyah dan mendorongnya hingga masuk kedalam kamar mandi


****

 HUJAN (zain)

Hy aku zain, tepatnya AHMAD ZAIN MALIK. Aku suka menulis, ya sangat menyukai menuangkan sgla perasaanku dalam tinta dan kertas. Membuatku nyaman, sangat nyaman, membuatku memiliki dunia ku sndri. Hidupku tak seindah yg kutuliskan, pernah dengar "Rumahku Surgaku" menurutku tidak Rumahku nerakaku itu lebih baik menurutku.
Kau tau setiap harinya, sekolah, pekerjaan, uang, dan orang tua yg bertengkar tiap malam itu yg membuatku menulis ceritaku sendiri. Seperti saat hujan ini, aku menulis apa yg aku suka dan dipandu hujan rentetan huruf berubah menjadi kata dan kalimat. Orang tuaku mereka adalah seorang pencari dollar, siang malam tak henti mereka bergeming dengan perusahaan masing-masing. Saat pagi aku bangun tak pernah kutemui mereka dimeja makan, saat malam mereka pulang, aku sudah tertidur dan akan bangun dengan suara teriakan dan kegaduhan yg mereka buat. Ya pertengkaran setiap malamnya membuatku sudah terbiasa hidup seorang diri dirumah sebesar ini.
Disekolah, aku bukanlah tipekal laki-laki yg pendiam dan suka bergaul, aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk membaca buku atau komik kesukaanku. Bagi para wanita yg kulakukan adalah "keren" tak ayal banyak dari mereka mengejarku.
Tapi kau tau wanita kan? Mereka melihat tampang, kemudian kendaraanmu, lalu isi dompetmu. Aku muak dengan wanita seperti itu. Aku inginkan wanita yg berbeda, yg benar-benar tulus. Ya semoga aku cepat menemukkannya.

Terimakasih sudah menyempatkan membaca 😃