Rabu, 15 Juni 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG.3)


AHMAD ZAIN MALIK (2)

Lambat laun, aku mengajaknya untuk tinggal disini bersamaku, dirumah besarku. Karna aku pikir sayang jika beberapa kamar kosong tak berpenghuni, sementara si reno juga perantau, ia membayar sewa kos yg ia tempati, jadi untuk menghemat tabungan reno aku memintannya untuk tinggal disini.
Iya, Reno sudah mengerti kenapa aku tak punya teman, rumahku kacau walaupun sebesar dan semegah ini, orang tuaku tak peduli padaku. Reno mengerti itu. Tapi ketika dia mengerti aku seorang penulis blog, dia tertawa lebar menampakan gigi sejajarnya. "sial" umpatku
"kenapa kau tertawa!" lanjutku sembari memukul lengannya.
"jadi kau, blog tanpa nama itu, yg pengikutmu yg banyak. Kau terkenal, dikampusku banyak yg membicarakanmu. Kau hebat yah" balasnya
Aku menceritakan alasanku menulis padanya, nampak ia mendengarkan dengan baik. Setelah selesai ia berkata "Aku mengerti itu kawan, tenanglah" kemudian ia hendak memelukku.  Kudorong tubuhnya, dan kupasang wajah heran "kau masih normal bukan? " tanyaku.
"sial kau ini" tanganya mengepal memukul tepat dilenganku.
Aku tertawa terbahak-bahak, lalu aku Berhenti terdiam ketika aku mendengar suara gaduh yg pelan menjadi semakin keras. Aku berjalan perlahan ke atas ranjang, menarik sebagian selimutku sampai pangkal pinggang, ku raih handphone dan headset di meja sebelahku, memilih daftar putar
Aku tertuju pada beberapa lagu rock yg memiliki dentuman keras. Ini cukup untuk menjanggal telingaku dari suara bising dilantai bawah, kuatur setelah lagu keras yg berputar pindah ke lagu yg iramanya cukup membuatku tertidur pulas sampai pagi.


"woyy, kau belum bangun juga?? " teriak reno didepan telingaku.
Kudorong reno dengan kuat, lalu kulanjutkan tidurku.
"kau lupa, kita akan pindah sekarang".
Aku cepat-cepat tersadar dan duduk bersandar, aku sudah membicarakan ini dengan reno beberapa waktu lalu, soal kepindahan kami, dirumah kecil diujung desa yg lebih dekat dengan kampus.
"aku sudah membereskan barang-barangku" jawabku
"baiklah, kau mandilah sekarang kutunggu kau dibawah"
"Ayahmu sudah berangkat pagi-pagi sekali, kemudian ibumu menyusulnya mereka sempat menanyakan keadaanmu setiap kali berpapasan denganku, apa kau benar ingin pindah?" tanyanya sekali lagi dan berlalu pergi.

Sudah beberapa jam yg kami lalui hingga kami tiba dirumah asri pedesaan. "ya.. Ini yg kucari" sergahku
Disusul reno yg mendahului masuk, kami membuang nafas lelah kami dengan bersandar disofa panjang tepat diruang tamu rumah ini.


***
Aisyah (Berbeda)

Sudah setengah semester yg aisyah lalui disini, tempat tinggal baru, suasana baru, teman baru, dan berbagai rasa yg belum pernah ia rasakan, dan tetangga yg sangat ramah dan anak-anak kecil dikampung ini yg membuat gemas. Sesekali setiap bulannya maya mengunjungi aisyah untuk melihat keadaan sahabat karibnya ini, hari ini tepat maya akan datang dan menginap lebih lama. Tapi aisyah masih berada Dikampusnya. Setelah mata kuliah usai, aisyah bergegas menuju parkiran untuk segera pulang.  "aisyah!..." suara seseorang yg menghentikan langkah ais
"ya rey," melihat laki-laki yg melambaikan tangannya
"jangan lupa besok kita ada kerja kelompok, teman-teman yg lain akan kumpul jam 9." terang reyhan ketua kelompok belajar aisyah
"baiklah hubungi aku lewat telfon nanti malam rey, hari ini aku sedang ditunggu, sebaiknya aku cepat pulang" terang aisyah
"oh. Iya okelah, sampai jumpa ais.."
Kemudian aisyah kembali melanjutkan menuju parkir.

Menaiki motor matic yg ia beli dari sisa uang hasil penjualan rumahnya itu kini sedang melaju dengan pelan dibawah langit mendung dan angin yg Berhembus kencang, cukup untuk mengaburkan pandangan ketika setiap berhembus membawa debu jalanan.
"kelihatannya akan hujan deras dan lama, semoga maya sudah dirumah" pekik aisyah perlahan
Hujan mulai turun, tapi aisyah enggan menambah kecepatan lajunya, ia masih takut melawan hujan seperti saat kehilangan orang tuanya.
"bleebb.. Blebbb..." tiba-tiba motor yg ia kendari menghentak-hentak kemudian mati.
Aisyah mencoba menghidupkan lagi motor maticnya ini.
Tak lama seorang pria berhenti dan menawarkan bantuan,
"mogok mbak? Coba saya bantu ya." tanyanya dengan sopan.
"oh iya iya terimakasih, saya cari tempat berteduh ya mas." jawab aisyah sembari tersenyum
Tak lama pria ini mengotak-atik motor aisyah lalu kemudian menyala, pria itu melambaikan tangannya pada aisyah yg sedang berteduh dihalte bus.
Aisyah berlalu menghampirinya.
"ini mbak sudah nyala."
"iya terimakasih mas"
"sebaiknya mbak lewat jalan yg tidak ada genangan air yg terlalu tinggi, takut motornya mogok lagi" terang dengan lembut pria itu
"iya mas. Terimakasih banyak" sembari mengangguk
Kemudian pria itu berlalu dengan santainya menikmati hujan, aisyah bahkan enggan untuk berjalan dibawah hujan. Dia memilih untuk berteduh dan menunggu hujan redah.

Sudah setengah berlalu hingga hujan mulai terang, genangan disekitar jalan raya pun masih mengambang, bau hujan yg khas dan angin dingin yg berhembus masih juga terasa, hiruk piruk kendaraan mulai sedikit merayap. Hingga akhirnya aisyah tiba dirumah kecil bernuansa pedesaan yg asri, daun-daun yg tumbuh disekitaran pekarangan masih meneteskan sisaan air hujan, disana sudah nampak maya tengah duduk bersimpuh di kursi kayu yg tengah bosan menunggu.
"hy mayaaaa..." teriak aisyah dari luar pagarnya
"akhirnya datang juga!" dengus maya sebal
"hihihi hujan kan may, jadi aku berteduh tadi." terang aisyah tersenyum
"ayo may masuk, diluar dingin" sambung aisyah membuka kunci pintu
"aku lapar menunggumu lama ais..." rengek maya bergelayut dilengan ais
"kau ini.." dan tawa mereka pun pecah.
****

ZAIN (SENYUMAN) 

Hari ini mata kuliahku libur, dosenku sedang absen dan tak ada dosen pengganti. Jadi kuputuskan untuk pulang dan bersantai dirumah. 
Baru saja aku keluar dari gedung kampus, rintik hujan mulai menyirami. Aku terus saja berjalan dengan santai, karna aku sangat menikmati hujan. 
Berkendara sembari hujan sangat menenangkan, iya aku suka hujan. Seperti semua masalahku menguap dan turun merupah hujan dan meresap kedalam tanah lalu hilang mengering. Seperti itulah yg kurasa, saat aku bersiul dibawah hujan kulihat dibawah hujan seorang gadis tengah berkutat dengan motor yg ia tumpangi.

Kuhampiri dia dan menawarkan bantuanku, "mogok mbak, coba saya bantu ya?" tanyaku
"oh iya iya terimakasih, saya cari tempat berteduh ya mas." jawabnya. "aneh?," pikirku 
"sudah nanggung kena hujan,masih juga berteduh" 
Sudah selesai ku periksa dan akhirnya menyala. Kulambaikan tanganku pada gadis itu, ia berlari menghampiriku. 
"ini mbak sudah nyala."
"iya terimakasih mas" jawabnya lembut dan disertai senyum yg samar terlihat dibawah derasnya hujan.
Aah rasanya aku terbuai. 

Aku sudah berada dirumah sekarang, meninggalkan hujan diluar sana. Ku seduh kopiku untuk kunikmati sembari duduk diteras depan. Ku bawa keluar secangkir kopi yg mengepul, duduk bersandar dan memandangi hujan, aku terpesona oleh hujan. 
Kusesap kopi panasku, lewat di kerongkongan ku dan menghangat di dadaku. Tak sengaja, bayangan senyuman gadis itu lewat didepan mataku. 
"ahh.." sedikit memijat di dahi atas mata 
"brumm... Brummm.." suara motor reno yg mengangetkanku 
"yo man, ngapain nongkrong disitu bro?" tanyanya 
Aku buru-buru melengos masuk dan mengunci pintu depan. 
"woy.. Woy..." teriaknya gaduh
"zain diluar dingin bro..."teriaknya memelas 
Aku hanya cekikikan didalam ruang tamu.
"kalau memang kau pintar, kau bisa cari jalan masukmu sendiri." balasku dari dalam
"sial kau zain!.." umpatnya 

Suasana diluar nampak sepi, "mungkin reno pergi lagi?" pikirku 

"huaaa... Ini enak pastinya" suara reno mengejutkanku 
Reno tergopoh membawa semangkuk mie, menurutku bukan semangkuk tapi 2 porsi mie instan. 
"kau menghabiskan jatahku?!" tanyaku melotot 
"hanya ini yg tersisa" jawabnya cengingisan. 

Kuambil remot tv dan mencoba menyalakannya, mencari channel yg pas, tapi lagi lagi senyuman itu menghampiri. 
"duh rasanya aku benar-benar terbuai oleh hujan" 
"apa kau bilang?" tanya reno 
"hah? Telingamu mulai rusak sepertinya ren?" jawabku melantur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar