Kamis, 18 Agustus 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG 4) : SUASANA HATI

(Aisyah)
"Bagaimana disini ais, kau betah disini?" tanya maya ditengah mulut penuh dengan makanan.
"Jelas may, aku tenang disini". Angguk ais
"Sudah dapat berapa cogan ais?" jawab maya menggoda, menyenggol siku aisyah
Aisyah terkekeh "memangnya aku kau apa?!" terkah aisyah meledek, kemudian beranjak pergi
"Hei memangnya aku kenapa?" teriak kesal maya, "hai ais tunggu,kau mau kemana?" lanjut maya merengek.

Sudah seminggu lamanya maya menginap dirumah sederhana milik aisyah, rasanya maya tak ingin meninggalkan sahabatnya itu, tapi waktu cuti kuliah akan segera habis dan besok pagi dia harus kembali.

Hari ini, maya sudah pergi, pagi-pagi sekali aisyah sudah mengantarkan maya ke bandara, dan tiba dikampus lebih awal.
"Ini terlalu pagi, bahkan pak kebon pun belum datang" bisik ais pelan.
Ntah kemana arah langkah kaki aisyah, hingga ia tiba dikoridor kampus yg lain. Ia tak sempat berkeliling kampusnya ini semenjak menjadi mahasiswa disana.
Matanya mulai berkeliling, melihat semua yg ada dilorong panjang itu, seperti seolah dia dapat melihat dan mendengar rayap-rayap yg menggigiti tiang-tiang kayu itu, dan decitan kecil kayu yg bergeser engsel-engselnya, sederatan langit-langit atap yg menua mengingat mungkin sudah berabad-abad bangunan ini ada. Nampak pajangan penghargaan yg ditempel disepanjang lorong koridor yg berakhir dipintu kayu milik perpustakaan.
Aisyah mencoba membuka pintu tua itu, disana sudah berdiri si ibu penjaga dan beberapa mahasiswa lain, "oh dari fakultas lain sudah ada yg datang rupanya," pikir aisyah
"Ehemm..." ibu penjaga sembari menunjuk buku kehadiran.
Aisyah mulai berkeliling, tangannya menyentuh setiap sampul yg dipajang berderet disetiap rak sesusai abjadnya itu, matanya menilik setiap abjad yg dapat dibaca, dan mengambil satu dari seperibu buku dirak itu.
"FILSAFA" hanya kata itu yg ditulis penulis dengan huruf besar-besar, aisyah mencoba membolak-balik setiap halaman yg mulai menguning, dia tertarik dan mulai membaca sembari berjalan.
Kemudian berhenti ditengah-tengah rak panjang itu dan bersandar. Sudah habis berpuluh halaman yg dia baca, hingga seseroang dari belakangnya membentur pundaknya.
"Bukkgh.." beberapa tumpukan buku jatuh.
"Uhh maaf aku tak melihatmu disana, aku sedang terburu-buru dan membawa banyak sekali buku ini, jadi tak melihat disekitarku, dan si nenek lampir itu terus menceramahiku padahal aku hanya telat sehari saja." cerocosnya sembari merapikan buku yg terjatuh.
Aisyah mencoba membantunya sembari tersenyum mendengar semua keluhan yg keluar dari mulutnya.
"Eh, maaf" saat dia mendongak, dan menyadari semua yg keluar dari mulutnya.
Laki-laki dengan hem coklat dan separuh lengan bajunya  dipelinting hingga siku, rambut yg disisir kebelakang itu tersenyum padanya. "Aku ian, maaf aku tak sengaja" terangnya lebih ramah.
"Aku aisyah, tak masalah kau sudah bilang kan kalau sedang terburu-buru?" jawabnya menggantung
"Hahaha, lupakan yg tadi, oh ya kamu jurusan apa? Aku tak pernah melihatmu, sepertinya begitu?" tanya ian beranjak berdiri.
"Ini" jawab ais menyodorkan beberapa buku.
"Aku mahasiswa baru dijurusan sastra" lanjutnya
"Senang bertemu denganmu aisyah, lain kali kita akan bertemu lagi" jawabnya dengan senyum yg memperlihatkan gigi putih sejajarnya.
Aisyah membalas senyumanya dan laki-laki itu berlalu, aisyah menatap punggung laki-laki itu yg hilang dikelokan rak berikutnya.

Aisyah sudah duduk dibangku didalam kelas, matanya menerawang jauh diluar jendela, ntah apa yg ada dipikirannya saat ini, sedang dosen sudah berdiri dan menerangkan. Hatinya belum benar-benar pulih, masih terasa nyilu ditinggal kedua orang tuanya sebatang kara seperti ini.
Mata kuliah sudah berlalu sekitar sejam yg lalu, tapi ia masih disini, masih berkutat dengan beberapa buku dimejanya dan menyandarkan bulpen di dagunya, tapi tetap saja pikirannya jauh dari tempatnya berada kali ini.
"eh, kau masih disini?" tegur laki-laki didepan pintu.
"Oh eh ian," sembari tersenyum, "tidak, tidak aku sudah mau pulang." jawab aisyah
"Boleh aku temani?"
"Mmm.." masih sibuk membereskan buku
"Maksudku, kita jalan keluar dari kampus keparkiran bersama, kau mau?" terang ian
"Ah tentu saja." senyum
Rasa canggung menyelimuti hati keduanya, aisyah berjalan menunduk dan ian berjalan dengan santai seperti biasanya.
"Kenapa? Kau takut tali sepatumu lepas?" sergah ian memperhatikan aisyah
"Ah.." sembari tertawa lepas. Keduanya tertawa.
"Nah itu motorku" sela aisyah ditengah tawa mereka
"Oh ya, sampai besok aisyah" melambaikan tangan.

"Hoy ian..." teriak seseorang pada ian, lantas aisyah juga menoleh.
"Ah zain, aku sudah lama ini?" jawab ian.
"Eh bukankah dia yg waktu itu? Ah bukan, aku salah lihat". pikir aisyah.
Kemudian aisyah berlalu dengan motornya.

                                        (Zain)

Sudah berhari-hari dari kejadian hujan-hujanan itu, tapi jelas aku tak pernah bisa mengusirnya dari pikiranku, ah mungkin aku terlalu banyak berpikir dan lelah, mungkin saja.
Didepanku sudah tersaji mie instan dan telur mata sapi, rasanya seperti ini mungkin jika aku tak banyak pakai fasilitas dari kedua orang tuaku.
Kulahap hingga potongan telur terakhir, bersyukur hari ini bisa kunikmati hidup dengan suapan nikmat terakhir.
"Tuttt.. Tuuttt..." hpku berdering tanda pesan singkat ku terima.
"Click..,"
"Oh ya, aku lupa!" segera aku bergegas kekampus.
"Hoy ian.." teriakku
"Ah zain, aku sudah lama ini?" jawab ian.
"Hahaha maaf ian aku kelupaan, eh itu siapa?" jawabku sembari melihat kebelakang punggung ian
"Oh eh itu.. Bukan itu junior kita, aku bertemu dia diperpustakaan"
"Oh gitu..." jawabku
"Baiklah, ayo berangkat zain"
"Okelah, tapi tunggu," jawabku menghentikannya
"Apalagi??"
"Apa aku kenal senyuman itu?"
"Ah, mana aku tau zain, kau sedang ngaco lagi??"
"Eh lupakan".
Aku beranjak pergi dari tempat itu bersama ian.

Siang itu, aku sedang dikampus sudah berminggu-minggu dari waktu kuingat gadis itu, sekarang aku sudah mulai lupa kejadian itu, aku tengah bermain basket.
Aku menikmati setiap pantulan dan keringat yang bercucuran seolah setiap masalah luruh dengan peluh.
"Zain oper sini, zain, zain" teriak semua rekanku
Dengan cepat aku mengoper dan "blusshh" masuk pada ring.
Sekarang giliranku melempar,
"Bhukk.. Bhukk..bhukk"
Ntah kenapa tiba-tiba bolaku memantul kelain arah,
"Drap.. Drap drapp.. Bhukgg"
"Sial aku mengenai orang lain!" pikirku
"Duhh, maaf maaf aku tak sengaja"
"Uhh, kepalaku.." jawabnya terhuyung-huyung kemudian pingsan.
"Astaga..." sergahku membopongnya keklinik kampus
Dia kurebahkan di ranjang klinik.
"Aku mengenalnya?" tanyaku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar