Kamis, 18 Agustus 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG 4) : SUASANA HATI

(Aisyah)
"Bagaimana disini ais, kau betah disini?" tanya maya ditengah mulut penuh dengan makanan.
"Jelas may, aku tenang disini". Angguk ais
"Sudah dapat berapa cogan ais?" jawab maya menggoda, menyenggol siku aisyah
Aisyah terkekeh "memangnya aku kau apa?!" terkah aisyah meledek, kemudian beranjak pergi
"Hei memangnya aku kenapa?" teriak kesal maya, "hai ais tunggu,kau mau kemana?" lanjut maya merengek.

Sudah seminggu lamanya maya menginap dirumah sederhana milik aisyah, rasanya maya tak ingin meninggalkan sahabatnya itu, tapi waktu cuti kuliah akan segera habis dan besok pagi dia harus kembali.

Hari ini, maya sudah pergi, pagi-pagi sekali aisyah sudah mengantarkan maya ke bandara, dan tiba dikampus lebih awal.
"Ini terlalu pagi, bahkan pak kebon pun belum datang" bisik ais pelan.
Ntah kemana arah langkah kaki aisyah, hingga ia tiba dikoridor kampus yg lain. Ia tak sempat berkeliling kampusnya ini semenjak menjadi mahasiswa disana.
Matanya mulai berkeliling, melihat semua yg ada dilorong panjang itu, seperti seolah dia dapat melihat dan mendengar rayap-rayap yg menggigiti tiang-tiang kayu itu, dan decitan kecil kayu yg bergeser engsel-engselnya, sederatan langit-langit atap yg menua mengingat mungkin sudah berabad-abad bangunan ini ada. Nampak pajangan penghargaan yg ditempel disepanjang lorong koridor yg berakhir dipintu kayu milik perpustakaan.
Aisyah mencoba membuka pintu tua itu, disana sudah berdiri si ibu penjaga dan beberapa mahasiswa lain, "oh dari fakultas lain sudah ada yg datang rupanya," pikir aisyah
"Ehemm..." ibu penjaga sembari menunjuk buku kehadiran.
Aisyah mulai berkeliling, tangannya menyentuh setiap sampul yg dipajang berderet disetiap rak sesusai abjadnya itu, matanya menilik setiap abjad yg dapat dibaca, dan mengambil satu dari seperibu buku dirak itu.
"FILSAFA" hanya kata itu yg ditulis penulis dengan huruf besar-besar, aisyah mencoba membolak-balik setiap halaman yg mulai menguning, dia tertarik dan mulai membaca sembari berjalan.
Kemudian berhenti ditengah-tengah rak panjang itu dan bersandar. Sudah habis berpuluh halaman yg dia baca, hingga seseroang dari belakangnya membentur pundaknya.
"Bukkgh.." beberapa tumpukan buku jatuh.
"Uhh maaf aku tak melihatmu disana, aku sedang terburu-buru dan membawa banyak sekali buku ini, jadi tak melihat disekitarku, dan si nenek lampir itu terus menceramahiku padahal aku hanya telat sehari saja." cerocosnya sembari merapikan buku yg terjatuh.
Aisyah mencoba membantunya sembari tersenyum mendengar semua keluhan yg keluar dari mulutnya.
"Eh, maaf" saat dia mendongak, dan menyadari semua yg keluar dari mulutnya.
Laki-laki dengan hem coklat dan separuh lengan bajunya  dipelinting hingga siku, rambut yg disisir kebelakang itu tersenyum padanya. "Aku ian, maaf aku tak sengaja" terangnya lebih ramah.
"Aku aisyah, tak masalah kau sudah bilang kan kalau sedang terburu-buru?" jawabnya menggantung
"Hahaha, lupakan yg tadi, oh ya kamu jurusan apa? Aku tak pernah melihatmu, sepertinya begitu?" tanya ian beranjak berdiri.
"Ini" jawab ais menyodorkan beberapa buku.
"Aku mahasiswa baru dijurusan sastra" lanjutnya
"Senang bertemu denganmu aisyah, lain kali kita akan bertemu lagi" jawabnya dengan senyum yg memperlihatkan gigi putih sejajarnya.
Aisyah membalas senyumanya dan laki-laki itu berlalu, aisyah menatap punggung laki-laki itu yg hilang dikelokan rak berikutnya.

Aisyah sudah duduk dibangku didalam kelas, matanya menerawang jauh diluar jendela, ntah apa yg ada dipikirannya saat ini, sedang dosen sudah berdiri dan menerangkan. Hatinya belum benar-benar pulih, masih terasa nyilu ditinggal kedua orang tuanya sebatang kara seperti ini.
Mata kuliah sudah berlalu sekitar sejam yg lalu, tapi ia masih disini, masih berkutat dengan beberapa buku dimejanya dan menyandarkan bulpen di dagunya, tapi tetap saja pikirannya jauh dari tempatnya berada kali ini.
"eh, kau masih disini?" tegur laki-laki didepan pintu.
"Oh eh ian," sembari tersenyum, "tidak, tidak aku sudah mau pulang." jawab aisyah
"Boleh aku temani?"
"Mmm.." masih sibuk membereskan buku
"Maksudku, kita jalan keluar dari kampus keparkiran bersama, kau mau?" terang ian
"Ah tentu saja." senyum
Rasa canggung menyelimuti hati keduanya, aisyah berjalan menunduk dan ian berjalan dengan santai seperti biasanya.
"Kenapa? Kau takut tali sepatumu lepas?" sergah ian memperhatikan aisyah
"Ah.." sembari tertawa lepas. Keduanya tertawa.
"Nah itu motorku" sela aisyah ditengah tawa mereka
"Oh ya, sampai besok aisyah" melambaikan tangan.

"Hoy ian..." teriak seseorang pada ian, lantas aisyah juga menoleh.
"Ah zain, aku sudah lama ini?" jawab ian.
"Eh bukankah dia yg waktu itu? Ah bukan, aku salah lihat". pikir aisyah.
Kemudian aisyah berlalu dengan motornya.

                                        (Zain)

Sudah berhari-hari dari kejadian hujan-hujanan itu, tapi jelas aku tak pernah bisa mengusirnya dari pikiranku, ah mungkin aku terlalu banyak berpikir dan lelah, mungkin saja.
Didepanku sudah tersaji mie instan dan telur mata sapi, rasanya seperti ini mungkin jika aku tak banyak pakai fasilitas dari kedua orang tuaku.
Kulahap hingga potongan telur terakhir, bersyukur hari ini bisa kunikmati hidup dengan suapan nikmat terakhir.
"Tuttt.. Tuuttt..." hpku berdering tanda pesan singkat ku terima.
"Click..,"
"Oh ya, aku lupa!" segera aku bergegas kekampus.
"Hoy ian.." teriakku
"Ah zain, aku sudah lama ini?" jawab ian.
"Hahaha maaf ian aku kelupaan, eh itu siapa?" jawabku sembari melihat kebelakang punggung ian
"Oh eh itu.. Bukan itu junior kita, aku bertemu dia diperpustakaan"
"Oh gitu..." jawabku
"Baiklah, ayo berangkat zain"
"Okelah, tapi tunggu," jawabku menghentikannya
"Apalagi??"
"Apa aku kenal senyuman itu?"
"Ah, mana aku tau zain, kau sedang ngaco lagi??"
"Eh lupakan".
Aku beranjak pergi dari tempat itu bersama ian.

Siang itu, aku sedang dikampus sudah berminggu-minggu dari waktu kuingat gadis itu, sekarang aku sudah mulai lupa kejadian itu, aku tengah bermain basket.
Aku menikmati setiap pantulan dan keringat yang bercucuran seolah setiap masalah luruh dengan peluh.
"Zain oper sini, zain, zain" teriak semua rekanku
Dengan cepat aku mengoper dan "blusshh" masuk pada ring.
Sekarang giliranku melempar,
"Bhukk.. Bhukk..bhukk"
Ntah kenapa tiba-tiba bolaku memantul kelain arah,
"Drap.. Drap drapp.. Bhukgg"
"Sial aku mengenai orang lain!" pikirku
"Duhh, maaf maaf aku tak sengaja"
"Uhh, kepalaku.." jawabnya terhuyung-huyung kemudian pingsan.
"Astaga..." sergahku membopongnya keklinik kampus
Dia kurebahkan di ranjang klinik.
"Aku mengenalnya?" tanyaku sendiri.

Rabu, 15 Juni 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG.3)


AHMAD ZAIN MALIK (2)

Lambat laun, aku mengajaknya untuk tinggal disini bersamaku, dirumah besarku. Karna aku pikir sayang jika beberapa kamar kosong tak berpenghuni, sementara si reno juga perantau, ia membayar sewa kos yg ia tempati, jadi untuk menghemat tabungan reno aku memintannya untuk tinggal disini.
Iya, Reno sudah mengerti kenapa aku tak punya teman, rumahku kacau walaupun sebesar dan semegah ini, orang tuaku tak peduli padaku. Reno mengerti itu. Tapi ketika dia mengerti aku seorang penulis blog, dia tertawa lebar menampakan gigi sejajarnya. "sial" umpatku
"kenapa kau tertawa!" lanjutku sembari memukul lengannya.
"jadi kau, blog tanpa nama itu, yg pengikutmu yg banyak. Kau terkenal, dikampusku banyak yg membicarakanmu. Kau hebat yah" balasnya
Aku menceritakan alasanku menulis padanya, nampak ia mendengarkan dengan baik. Setelah selesai ia berkata "Aku mengerti itu kawan, tenanglah" kemudian ia hendak memelukku.  Kudorong tubuhnya, dan kupasang wajah heran "kau masih normal bukan? " tanyaku.
"sial kau ini" tanganya mengepal memukul tepat dilenganku.
Aku tertawa terbahak-bahak, lalu aku Berhenti terdiam ketika aku mendengar suara gaduh yg pelan menjadi semakin keras. Aku berjalan perlahan ke atas ranjang, menarik sebagian selimutku sampai pangkal pinggang, ku raih handphone dan headset di meja sebelahku, memilih daftar putar
Aku tertuju pada beberapa lagu rock yg memiliki dentuman keras. Ini cukup untuk menjanggal telingaku dari suara bising dilantai bawah, kuatur setelah lagu keras yg berputar pindah ke lagu yg iramanya cukup membuatku tertidur pulas sampai pagi.


"woyy, kau belum bangun juga?? " teriak reno didepan telingaku.
Kudorong reno dengan kuat, lalu kulanjutkan tidurku.
"kau lupa, kita akan pindah sekarang".
Aku cepat-cepat tersadar dan duduk bersandar, aku sudah membicarakan ini dengan reno beberapa waktu lalu, soal kepindahan kami, dirumah kecil diujung desa yg lebih dekat dengan kampus.
"aku sudah membereskan barang-barangku" jawabku
"baiklah, kau mandilah sekarang kutunggu kau dibawah"
"Ayahmu sudah berangkat pagi-pagi sekali, kemudian ibumu menyusulnya mereka sempat menanyakan keadaanmu setiap kali berpapasan denganku, apa kau benar ingin pindah?" tanyanya sekali lagi dan berlalu pergi.

Sudah beberapa jam yg kami lalui hingga kami tiba dirumah asri pedesaan. "ya.. Ini yg kucari" sergahku
Disusul reno yg mendahului masuk, kami membuang nafas lelah kami dengan bersandar disofa panjang tepat diruang tamu rumah ini.


***
Aisyah (Berbeda)

Sudah setengah semester yg aisyah lalui disini, tempat tinggal baru, suasana baru, teman baru, dan berbagai rasa yg belum pernah ia rasakan, dan tetangga yg sangat ramah dan anak-anak kecil dikampung ini yg membuat gemas. Sesekali setiap bulannya maya mengunjungi aisyah untuk melihat keadaan sahabat karibnya ini, hari ini tepat maya akan datang dan menginap lebih lama. Tapi aisyah masih berada Dikampusnya. Setelah mata kuliah usai, aisyah bergegas menuju parkiran untuk segera pulang.  "aisyah!..." suara seseorang yg menghentikan langkah ais
"ya rey," melihat laki-laki yg melambaikan tangannya
"jangan lupa besok kita ada kerja kelompok, teman-teman yg lain akan kumpul jam 9." terang reyhan ketua kelompok belajar aisyah
"baiklah hubungi aku lewat telfon nanti malam rey, hari ini aku sedang ditunggu, sebaiknya aku cepat pulang" terang aisyah
"oh. Iya okelah, sampai jumpa ais.."
Kemudian aisyah kembali melanjutkan menuju parkir.

Menaiki motor matic yg ia beli dari sisa uang hasil penjualan rumahnya itu kini sedang melaju dengan pelan dibawah langit mendung dan angin yg Berhembus kencang, cukup untuk mengaburkan pandangan ketika setiap berhembus membawa debu jalanan.
"kelihatannya akan hujan deras dan lama, semoga maya sudah dirumah" pekik aisyah perlahan
Hujan mulai turun, tapi aisyah enggan menambah kecepatan lajunya, ia masih takut melawan hujan seperti saat kehilangan orang tuanya.
"bleebb.. Blebbb..." tiba-tiba motor yg ia kendari menghentak-hentak kemudian mati.
Aisyah mencoba menghidupkan lagi motor maticnya ini.
Tak lama seorang pria berhenti dan menawarkan bantuan,
"mogok mbak? Coba saya bantu ya." tanyanya dengan sopan.
"oh iya iya terimakasih, saya cari tempat berteduh ya mas." jawab aisyah sembari tersenyum
Tak lama pria ini mengotak-atik motor aisyah lalu kemudian menyala, pria itu melambaikan tangannya pada aisyah yg sedang berteduh dihalte bus.
Aisyah berlalu menghampirinya.
"ini mbak sudah nyala."
"iya terimakasih mas"
"sebaiknya mbak lewat jalan yg tidak ada genangan air yg terlalu tinggi, takut motornya mogok lagi" terang dengan lembut pria itu
"iya mas. Terimakasih banyak" sembari mengangguk
Kemudian pria itu berlalu dengan santainya menikmati hujan, aisyah bahkan enggan untuk berjalan dibawah hujan. Dia memilih untuk berteduh dan menunggu hujan redah.

Sudah setengah berlalu hingga hujan mulai terang, genangan disekitar jalan raya pun masih mengambang, bau hujan yg khas dan angin dingin yg berhembus masih juga terasa, hiruk piruk kendaraan mulai sedikit merayap. Hingga akhirnya aisyah tiba dirumah kecil bernuansa pedesaan yg asri, daun-daun yg tumbuh disekitaran pekarangan masih meneteskan sisaan air hujan, disana sudah nampak maya tengah duduk bersimpuh di kursi kayu yg tengah bosan menunggu.
"hy mayaaaa..." teriak aisyah dari luar pagarnya
"akhirnya datang juga!" dengus maya sebal
"hihihi hujan kan may, jadi aku berteduh tadi." terang aisyah tersenyum
"ayo may masuk, diluar dingin" sambung aisyah membuka kunci pintu
"aku lapar menunggumu lama ais..." rengek maya bergelayut dilengan ais
"kau ini.." dan tawa mereka pun pecah.
****

ZAIN (SENYUMAN) 

Hari ini mata kuliahku libur, dosenku sedang absen dan tak ada dosen pengganti. Jadi kuputuskan untuk pulang dan bersantai dirumah. 
Baru saja aku keluar dari gedung kampus, rintik hujan mulai menyirami. Aku terus saja berjalan dengan santai, karna aku sangat menikmati hujan. 
Berkendara sembari hujan sangat menenangkan, iya aku suka hujan. Seperti semua masalahku menguap dan turun merupah hujan dan meresap kedalam tanah lalu hilang mengering. Seperti itulah yg kurasa, saat aku bersiul dibawah hujan kulihat dibawah hujan seorang gadis tengah berkutat dengan motor yg ia tumpangi.

Kuhampiri dia dan menawarkan bantuanku, "mogok mbak, coba saya bantu ya?" tanyaku
"oh iya iya terimakasih, saya cari tempat berteduh ya mas." jawabnya. "aneh?," pikirku 
"sudah nanggung kena hujan,masih juga berteduh" 
Sudah selesai ku periksa dan akhirnya menyala. Kulambaikan tanganku pada gadis itu, ia berlari menghampiriku. 
"ini mbak sudah nyala."
"iya terimakasih mas" jawabnya lembut dan disertai senyum yg samar terlihat dibawah derasnya hujan.
Aah rasanya aku terbuai. 

Aku sudah berada dirumah sekarang, meninggalkan hujan diluar sana. Ku seduh kopiku untuk kunikmati sembari duduk diteras depan. Ku bawa keluar secangkir kopi yg mengepul, duduk bersandar dan memandangi hujan, aku terpesona oleh hujan. 
Kusesap kopi panasku, lewat di kerongkongan ku dan menghangat di dadaku. Tak sengaja, bayangan senyuman gadis itu lewat didepan mataku. 
"ahh.." sedikit memijat di dahi atas mata 
"brumm... Brummm.." suara motor reno yg mengangetkanku 
"yo man, ngapain nongkrong disitu bro?" tanyanya 
Aku buru-buru melengos masuk dan mengunci pintu depan. 
"woy.. Woy..." teriaknya gaduh
"zain diluar dingin bro..."teriaknya memelas 
Aku hanya cekikikan didalam ruang tamu.
"kalau memang kau pintar, kau bisa cari jalan masukmu sendiri." balasku dari dalam
"sial kau zain!.." umpatnya 

Suasana diluar nampak sepi, "mungkin reno pergi lagi?" pikirku 

"huaaa... Ini enak pastinya" suara reno mengejutkanku 
Reno tergopoh membawa semangkuk mie, menurutku bukan semangkuk tapi 2 porsi mie instan. 
"kau menghabiskan jatahku?!" tanyaku melotot 
"hanya ini yg tersisa" jawabnya cengingisan. 

Kuambil remot tv dan mencoba menyalakannya, mencari channel yg pas, tapi lagi lagi senyuman itu menghampiri. 
"duh rasanya aku benar-benar terbuai oleh hujan" 
"apa kau bilang?" tanya reno 
"hah? Telingamu mulai rusak sepertinya ren?" jawabku melantur

Sabtu, 07 Mei 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG.2)

LIBURAN 

"Haaaah... Akhirnya kita sampai juga ais" maya menghirup udara segar. 
Aisyah hanya mengangguk.
"Ais coba lihat indah kan, kita akan pergi ke gunung, air terjun, paralayang, waterpark, wahhhh banyak yg harus kita kunjungi ais" teriak kegirangan maya
Aisyah hanya terkekeh melihat tingkah temannya yg satu ini.
"baiklah may, tapi sekarang sebaiknya kita istirahat dulu ya may" sembari tersenyum kearah maya. 
Kemudian mereka menuju penginapan yg sudah mereka pesan sebelumnya, masuk kedalam kamar kemudian membereskan barang bawaan mereka. 
Mereka merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. 

Aisyah tenggelam dalam tidurnya, ia menikmati setiap sentuhan angin dikulitnya. Tak selang lama peluh bercucuran dikeningnya, detak jantungnya memompa lebih cepat.  
"Ccciiittthhhhhh......" suara gesekan antara roda mobil dan aspal menyatu sehingga memekakan telinga
Disusul suara benturan yg keras dan jeritan lantang yg membuatnya terperanjat. Ia bangun dengan nafas sesak tak beraturan. 
"mimpi itu lagi" gumamnya
Kemudian ia berbalik dan menghadap ke arah maya, tapi maya sudah tak ada lagi ditempatnya. 
Aisyah mencoba mencari disekeliling tapi tak menemukannya. 
Akhirnya aisyah mencoba untuk mencari diluar. 

Ia menemukan maya tengah duduk bersandar dibangku panjang taman milik penginapan ini yg arahnya langsung menghadap pegunungan.
"hay may, sedang apa kau disini" seru aisyah sembari menepuk halus pundak maya.
"ais, kau sudah bangun? Aku tak bisa tidur. Akhirnya aku keluar melihat-lihat penginapan ini" 
"lalu aku membaca cerpen disalah satu blog kesukaanku, ia mengirim cerita baru lagi" terang maya.
Aisyah hanya mengangguk, dan memandang lurus kearah gunung. Dan maya masih sibuk mengotak-atik handphone ditangannya.  

Pagi-pagi sekali mereka sudah berangkat kesalah satu tempat wisata disana, menghabiskan waktu bersama, sekalian aisyah merenggangkan saraf otot dipipi dan mulutnya, sudah lama ia tak tertawa selebar ini. 
Kenangan masa lalu sedikit demi sedikit akan hilang dan menguap ditimbun kebahagian, tapi saat sepi terasa kesedihan itu akan datang kembali. 
Mereka sudah sampai dirumah makan, sudah terlalu asik mereka dengan kesenengan yg ada sampai lupa untuk mengganjal perut dengan makanan porsi besar. 
Maya memesan nasi pecel yg sedikit pedas dengan telur asin kesukannya, sedangkan aisyah memesan nasi campur dengan aneka lauk yg cukup mengenyangkan.
Mereka menikmati makan yg mereka pesan hingga selesai. 
Tak henti juga canda tawa mereka iringi dalam tiap suapan mereka. 

Malam semakin larut, tenaga sudah semakin berkurang, tapi perut sudah terisi penuh. Mereka beranjak untuk pulang kepenginapan, mulai membersihkan badan dan beristirahat.
Maya sudah menarik selimutnya sampai ke pangkal pinggang.
Tapi aisyah masih berkutat dengan pikirannya sendiri, bukan masa lalunya, bukan juga orang tuanya. Keputusan ini ia ambil dengan pemikiran yg matang. Hingga ia memutuskan untuk memberitahukan pada maya sekarang. 
"may, kau sudah tidur belum?" tanya aisyah sedikit mengguncang badan maya.
"aku sedang mencoba ais.." sahut maya
"aku ingin bicara" ada nada berhenti diantaranya, kemudian ia melanjutkan. "aku sudah putuskan sejak saat sebelum kita UNAS, aku sudah mendaftar kuliah disini, dimalang."
"ais apa kau becanda?, bukankah kita pernah bicara soal ini, kita akan pergi kuliah bersama bukan" tekan maya
"tidak may, aku lebih butuh udara segar seperti ini, aku juga harus keluar dari rumah itu, aku sudah memasukkan rumahku pada pelelangan. Aku janji aku akan baik-baik saja may. Percayalah." terang aisyah menyakinkan. 
"Apa kau yakin dengan semua ini? Kau belum bekerja sewaktu-waktu uang ditabunganmu akan habis. Dan aku tidak disana, bagaimana bisa kau sendirian?" keluh khawatir maya. 
Aisyah menjelaskan semua maksudnya untuk bermigrasi, untuk meninggalkan masa suramnya, sekarang ia ingin hidup seperti layaknya seorang gadis biasa, bukan gadis merana seorang diri. 
Akhirnya maya kalah dengan berbagai argumen, maya mengangguk denganPasrah. 
Aisyah tersenyum mencoba menyakinkan sahabatnya sekali lagi. 
Mereka pun tidur dalam mimpi yg tenang, karna keputusan besar telah dibuat.

****
AHMAD ZAIN MALIK

Aku adalah mahasiswa pada salah satu universitas, aku sudah memasuki semester 4. Aku sudah jelaskan bukan, bahwa aku tak memiliki seorang teman. Tapi ketika itu aku masih mahasiswa baru, aku pergi ke kedai minuman, aku pergi memesan dan mencari tempat duduk yg pas untukku menyelesaikan tugas pertama dari kampus. 
Aku memilih disebelah jendela yg mengarah pada kolam buatan kedai ini, terlihat asri aku suka itu. Didepanku terlihat seorang pegawai kantor yg ntah sedang membuat apa yg jelas terlihat ia membolak-balik kertas tebal  ditangannya dan sesekali melihat kearah laptopnya dan terus bergeming. 
Di sebelah kanan depanku, sepasang kekasih tengah berbicara, beberapa menit kemudian nada bicara sang wanita mulai naik tapi lelakinya tetap tenang, kemudian wanita itu berlalu meninggalkan kedai ini. Laki-laki itu adalah RENO awal bertemu kami disini, dia sedang bertengkar hebat dengan pacarnya karena tak membawa dompet, aku tertawa cekikikan setiap kali dia bercerita kembali kejadian ini. 
Dari awal aku membantunya, kini menjadi sebuah ikatan persahabatan yg melebihi saudara.  

Kamis, 05 Mei 2016

HUJAN DAN KAMU (BAG.1)

HUJAN DAN KAMU



HUJAN (Aisyah)


Sore ini langit gelap tak menampakkan cahaya sedikit saja, hanya gumpalan awan hitam menumpuk dilangit-langit. Kini wajah muram itu tengah memperhatikan hujan dari balik jendelanya, kejadian itu masih mengingatkannya pada peristiwa silam yg merenggut kedua orang tuanya.
Turunan air mulai nampak sedikit demi sedikit menambah ritme derasnya hujan, wajah itu kian menampakkan kesenduan dalam hatinya.
Kemudian dia melangkah dan keluar dari jendela besar itu. Tepat didepan balcon kamarnya, kini gadis itu yg sering disapa "Ais" berdiri menunduk dibawah hujan, badannya sempoyongan kakinya gemetar tak kuat menopang tubuh kurusnya. Dia terjatuh, isak tangis mulai menderanya, meskipun suaranya terkalahkan hujan. Ia mendongak, merasakan titik-titik air hujan itu.
"ayah.. Ayah.. Kemarilah ayah, kita bermain hujan bersama-sama.. " dengan senyum cerianya gadis kecil itu memanggil ayahnya.
"kemarilah ais, nanti kau kedinginan dan sakit". Suara lembut seorang wanita dewasa yg duduk disebelah ayahnya menyahuti. Iya itu ibu, ibu yg tersenyum padanya.
Tak ayal ketika kenangan itu terbesit dalam ingatannya, ia semakin terpukul.
Ia suka melihat matahari terbit yg indah, melihat matahari tenggelam yg mempesona, ia suka menari dan tertawa dibawah hujan walaupun ia tak lagi anak-anak, itu terakhir yg ia ingat. Namun stlah kepergian orang tuanya semuanya terlihat gelap. Ia tak lagi menikmati hidupnya seperti dulu.
"Ais!..." seru seseorang
"Ais apa-apaan kau ini, kumohon masuklah ais, kau akan sakit jika terus berada disini" sembari membopong aisyah kedalam kamar.
Maya satu-satunya seorang teman yg ia miliki sampai saat ini, hanya maya. Maya seorang gadis yg sama sepertinya tapi maya lebih beruntung masih memiliki kedua orang tuanya.
Saat mereka sedang berbaring diatas tempat tidur, maya membuka pembicaraan.
"Ais sepertinya kita butuh liburan, kalau kita berlibur dimalang, bagaimana menurutmu? Kau setuju kan ais?"
"boleh may, aku butuh lebih banyak udara segar." jawabnya disertai anggukan.
"baiklah aku bereskan barang-barangmu didalam koper, nah sekarang kamu istirahat yah ais" lalu pergi beranjak
"mayaa..."
"iya ais.."
"jangan tinggalkan aku sendiri" memelankan suaranya hingga nampak seperti berbisik.
"tak akan ais, tak akan pernah. Selamat malam ais"
Sejak kecil mereka memang sudah bersahabat, kedua orang tua mereka pun sangat dekat. Tapi kecelakaan itu, merenggut kedua orang tua aisyah, dan hanya menyisahkan aisyah seorang. Dan itu membuat aisyah sangat terpukul dan smakin hancur.
"ayo bangun ais. Ayo bangun!!" suara melengking khas milik maya yg membuat aisyah langsung bangun dari tidurnya
"baiklah, baiklah aku sudah bangun. Tapi beri aku beberapa menit untuk tidur kembali"
"Aissss... Kau ini ya" kalimatnya terpotong dengan cara dia menarik kedua tangan aisyah dan mendorongnya hingga masuk kedalam kamar mandi


****

 HUJAN (zain)

Hy aku zain, tepatnya AHMAD ZAIN MALIK. Aku suka menulis, ya sangat menyukai menuangkan sgla perasaanku dalam tinta dan kertas. Membuatku nyaman, sangat nyaman, membuatku memiliki dunia ku sndri. Hidupku tak seindah yg kutuliskan, pernah dengar "Rumahku Surgaku" menurutku tidak Rumahku nerakaku itu lebih baik menurutku.
Kau tau setiap harinya, sekolah, pekerjaan, uang, dan orang tua yg bertengkar tiap malam itu yg membuatku menulis ceritaku sendiri. Seperti saat hujan ini, aku menulis apa yg aku suka dan dipandu hujan rentetan huruf berubah menjadi kata dan kalimat. Orang tuaku mereka adalah seorang pencari dollar, siang malam tak henti mereka bergeming dengan perusahaan masing-masing. Saat pagi aku bangun tak pernah kutemui mereka dimeja makan, saat malam mereka pulang, aku sudah tertidur dan akan bangun dengan suara teriakan dan kegaduhan yg mereka buat. Ya pertengkaran setiap malamnya membuatku sudah terbiasa hidup seorang diri dirumah sebesar ini.
Disekolah, aku bukanlah tipekal laki-laki yg pendiam dan suka bergaul, aku lebih suka menghabiskan waktuku untuk membaca buku atau komik kesukaanku. Bagi para wanita yg kulakukan adalah "keren" tak ayal banyak dari mereka mengejarku.
Tapi kau tau wanita kan? Mereka melihat tampang, kemudian kendaraanmu, lalu isi dompetmu. Aku muak dengan wanita seperti itu. Aku inginkan wanita yg berbeda, yg benar-benar tulus. Ya semoga aku cepat menemukkannya.

Terimakasih sudah menyempatkan membaca 😃